Skip to content

Duty After School (2023) – series review

Rating: 3.5 out of 5.

Pertama kali saya melihat cuplikan series ini adalah ketika sedang melihat Tiktok, adegan dimana seorang guru mengorbankan dirinya untuk melindungi murid-muridnya dari serangan makhluk asing. Saya penasaran dan langsung menonton series lengkapnya.

Set up series ini mengingatkan saya dengan All of Us are Dead dimana fokus cerita adalah pada anak-anak SMA, atau dalam hal ini adalah murid-murid kelas 12, tetapi dengan cerita yang berbeda. Duty After School ini mengenai makhluk tak dikenal yang datang dalam bentuk bola-bola sphere dan diam di langit-langit. Tetapi bola-bola misterius tersebut ternyata tidak selamanya berdiam diri di langit. Setelah setahun berlalu, secara tiba-tiba bola-bola tersebut mulai jatuh satu persatu.

Setelah bola pertama jatuh, anak-anak murid kelas 12 pun mulai dikerahkan untuk menjadi pasukan cadangan, termasuk SMA Sungjin. Dengan iming-iming nilai tambahan, mereka tinggal disekolah untuk mengikuti latihan militer. Suatu malam salah satu bola jatuh di halaman SMA Sungjin dan menelan Park Yoon-seo. Kwon Il-ha dan Jo Jang-soo yang melihat langsung kejadian tersebut seketika sadar bahwa apa yang sedang mereka hadapi sangat berbahaya.

Salah satu hal yang saya tunggu-tunggu adalah ketika makhluk-makhluk asing tersebut dengan cepat membeku ketika dimasukkan ke dalam freezer dan juga bisa dimusnahkan dengan nitrogen cair. Sayangnya hal tersebut kemudian tidak dijadikan ide untuk menjadi senjata tetapi hanya muncul satu dua kali saja. Dari sini saya menduga series ini memang bukan ditujukan pada asal usul makhluk asing tersebut ataupun cara untuk memusnahkannya secara permanen tetapi justru lebih mengarah pada dampaknya pada sekelompok anak-anak kelas 12.

Satu hal lain yang saya kurang sukai adalah bagian endingnya. Sepertinya terasa kurang pas ketika satu kelas mampu bertahan terhadap makhluk asing yang terbilang mematikan tetapi dalam sekejap berhasil berkurang banyak dan itu bukan dikarenakan makhluk asing tersebut. Lalu apa yang terjadi dengan Kim Won-bin? Kenapa ia tiba-tiba menghilang setelah pimpinan peleton, Lee Choon-ho, mengorbankan dirinya?

Tetapi sekali lagi saya selalu suka dengan karakter-karakter di film-film Korea. Saya merasa familiar dengan setiap karakternya dan terasa mudah untuk mendeskripsikan setiap karakter didalam series ini. Setiap karakter terasa natural dengan ketakutannya, kecerobohannya, kelemahannya, pertikaian, cinta, persahabatan dan banyak hal lainnya. Kemampuan beberapa murid dalam menembak pun tidak terlihat berlebihan justru membuat cerita menjadi menarik.

Walaupun cenderung ringan dan terkadang lucu karena karakter-karakternya merupakan murid-murid kelas 12 tetapi intensitas adegan-adegan thriller nya tetap membuat saya tertarik dan tidak membosankan. Kalau boleh jujur, episode satu sampai enam justru lebih menarik dibandingkan episode tujuh hingga akhir dimana episode satu sampai enam lebih ke proses dari awal latihan militer hingga mereka terlatih, belajar bekerjasama dan saling melindungi untuk melawan makhluk-makhluk asing tersebut. Sementara episode tujuh hingga akhir justru lebih banyak menceritakan tentang pertikaian diantara kelompok mereka sendiri dan nyaris melupakan makhluk-makhluk asing yang menjadi fokus di awal.

Yang saya tangkap dari series ini bahwa musuh terberat adalah dari diri sendiri. Kelemahan kita sebagai manusia adalah ketakutan yang berasal dari dalam diri sendiri dan pada akhirnya melakukan hal yang kejam demi untuk menghilangkan ketakutan tersebut, mencapai ambisi dan menyelamatkan diri sendiri.

Sutradara : Yong-Il Sung Penulis Skenario : Ha Il-Kwon, Lee Nam-Gyoo Pemeran : Eun-Bin Kwon, Kim Ki Hae, Kim Min Chul, So-hee Kim, Kim Su Gyeom, Sang Min Moon, Shin Soo Hyun, Shin Hye-Ji, Ahn Do-Gyoo, Yeo Joo-Ha, Oh Se Eun, Woo Min Gyu, Yoon Jong-Bin, Lee Yeon, Min-Hyuk Ji, Choi Moon-Hee, Xa-Bin Hong, Hwang Se In, Hyun-soo Shin, Lee Soon-won

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial
%d bloggers like this:
Verified by MonsterInsights