“You’re not permitted to land anywhere”
Emergency Declaration bercerita tentang sekelompok orang yang terjebak dalam sebuah pesawat terbang tujuan Honolulu, Hawai ketika pesawat mereka diserang teror virus biologis yang dapat membunuh orang-orang yang terinfeksi dalam waktu yang relatif singkat.
Sejak trailernya muncul, film ini sudah menarik perhatian saya dengan ceritanya. Di awal kita sudah diperlihatkan sosok Jin-seok dengan sikapnya yang ketus berusaha mencari penerbangan dengan penumpang terbanyak. Setelah gagal mendapatkan jawaban yang ia inginkan, Jin-seok memulai rencananya dengan memasukkan sesuatu ke dalam badannya agar tidak terdeteksi. Sialnya seorang anak mengintip apa yang dilakukan Jin-seok di toilet bandara. Walaupun si anak selamat karena ayahnya, Jin-seok sekarang memiliki tujuan yaitu penerbangan yang sama dengan yang ditumpangi anak tersebut.
Karakter Jin-seok dari awal sudah membuat suasana mencekam, sikapnya yang dingin dan raut wajahnya ketika berhadapan dengan orang-orang yang mencurigainya bahkan ketika diinterogasi oleh co-pilot pun berhasil membuat saya tidak menyukainya. Hanya bagian dimana Jin-seok berbicara dengan bahasa Inggris yang terasa sedikit mengganjal.
Apa yang terjadi di daratan pun sama menegangkannya ketika seorang detektif bernama In-ho mendengar bahwa telah beredar sebuah video pengakuan seseorang yang akan menyebarkan teror di salah satu pesawat di hari yang sama. Disaat yang bersamaan ia mengetahui istrinya juga sedang berada di bandara. Pihak kepolisian tidak menanggapi karena merasa bahwa video tersebut hanyalah prank. In-ho yang mendengar hal tersebut bersikeras untuk menyelidikinya dan mendatangi apartemen dimana seorang anak sekolah mengenali pembuat video tersebut. Apa yang kemudian ditemukan In-ho didalam kamar apartemen pembuat video teror tersebut sangat mengerikan.
Misteri tentang si pelaku dan apa yang dia lakukan sebelumnya cukup cepat ditemukan oleh pihak kepolisian, bersamaan dengan terbangnya pesawat Sky Korea menuju Honolulu. Film ini sepertinya lebih terfokus pada apa yang terjadi didalam pesawat karena si pelaku teror cukup cepat ditemukan identitasnya. Suasana menegangkan meningkat pesat sejak In-ho menemukan mayat dan video percobaannya di kamar apartemen milik Jin-seok tersebut sementara di pesawat Jin-seok mulai melancarkan aksinya.
Selain suasana yang menegangkan, akting para pemerannya pun tidak ada yang mengecewakan. Keseluruhan pemeran bahkan dengan part terkecil sekalipun mampu meyakinkan saya dan membawa saya untuk ikut panik. Secara visual, dari segi sinematografi dan special effectnya juga patut diberi applause. Satu hal yang menjadi kekurangan menurut saya adalah di penghujung film penyebaran virus seakan melambat dan infeksinya tidak secepat diawal-awal, rasanya seperti bagian tersebut berhenti lalu pindah fokus untuk scene pendaratan pesawat.
Plot cerita Emergency Declaration ini memang bukanlah sesuatu yang baru tetapi yang menjadi sorot perhatian saya dalam film ini adalah bagaimana penjelasan tentang status keadaan darurat untuk pesawat tersebut menjadi diacuhkan dan bukan hanya negara lain tetapi di negara sendiripun pesawat tersebut hampir ditolak karena ketakutannya terhadap virus menular tersebut.
Menurut saya film ini bukan hanya menekankan pada suasana mencekam dan menegangkan di sepanjang film karena penyebaran virus dan aksi mengejar waktu untuk menemukan penawar virus tetapi justru lebih memperlihatkan sifat-sifat alami manusia dan pesan moral yang ditunjukkan membuat film ini melekat dalam pikiran saya. Sekali lagi rasa takut membuat manusia memilih untuk menyelamatkan dirinya sendiri tetapi rasa cinta membuat manusia bersedia mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan orang-orang yang dicintainya.
Sutradara : Han Jae-rim Penulis Skenario : Han Jae-rim Pemeran : Song Kang-ho, Lee Byung-hun, Jeon Do-yeon, Nam-gil Kim, Si-wan Yim, So-jin Kim, Park Hae-joon