Serial dari Thailand ini memberi kesan mendalam karena setiap episodenya adalah hal-hal yang memang sering terjadi di kehidupan nyata. Saya harus memberi kredit terhadap penulis cerita serial ini karena pesan yang disampaikan sangat mengena walaupun dengan cara yang terlalu keras, seperti halnya dunia nyata, tetapi sepertinya justru dengan metode inilah Girl from Nowhere bisa sukses diterima.
Di season 1, seorang siswi cantik bernama Nanno selalu muncul menjadi murid baru di sekolah yang berbeda2, menghadapi berbagai kejadian yang melanggar aturan, norma, maupun etika, baik dari guru maupun sesama murid. Disatu sisi Nanno memicu terjadinya api yang lebih besar dalam diri seseorang dan disisi lain ia juga membela mereka yang mendapatkan ketidakadilan.
Di dunia yang indah ini, semua orang meminta maaf seolah itu hanya tradisi. Jika membuat kesalahan, kita meminta maaf. Meski melakukan kesalahan serupa, kita tetap meminta maaf. Itulah manusia.
In this beautiful world, everyone apologizes as if it’s some kind of tradition. If we make a mistake, we apologize. And even if we make the same mistake, we still apologize. This is humanity.
Sekolah merupakan tempat dimana guru menjadi panutan, mengajarkan yang benar dan yang salah… mengajarkan untuk meminta maaf agar kita bisa membuat kesalahan lain dan akhirnya harus meminta maaf selamanya. Membuat kita sadar bahwa kita harus melakukan segalanya untuk menjadi lebih istimewa daripada orang lain lalu akhirnya mengetahui bahwa semua itu sia-sia. Mengajarkan bahwa kecantikan adalah hal terpenting dalam hidup dan jika kita tak bisa lebih cantik, maka buatlah orang lain lebih jelek. Memberi tahu kita bahwa jika kita memuja uang, uang akan menjadi lebih berharga daripada perikemanusiaan. Memberi tahu kita bahwa yang lemah pun bisa menjadi jahat jika punya kekuasaan. Memberi tahu kita ketika terjebak dalam popularitas di sosial media hingga bersedia menjadi orang lain. Mengingatkan betapa mudahnya kita saling menyalahkan karena rasa takut dan mengorbankan orang lain demi keselamatan diri sendiri. Karena Karma adalah konsekuensi suatu tindakan.
– season 1 summary –
Lalu di season 2 muncullah karakter baru bernama Yuri, yang kemudian mati terbunuh di tempat yang sama dengan Nanno. Karena terkena darah Nanno, Yuri kemudian menjadi abadi sama seperti Nanno. Yuri yang semasa hidupnya menjadi korban bully dari teman2nya yang kaya, yang memberinya hadiah barang dan uang sebagai ganti jasanya yang selalu menuruti setiap perintah kedua temannya tersebut. Menariknya Yuri bukanlah hanya menjadi korban tetapi ia menyimpan dendam dan berharap nantinya akan datang waktunya untuk membalas dendam.
Saya lebih menyukai season 1 karena lebih banyak pesan yang tersampaikan dan tidak terlalu keras sedangkan di season 2, munculnya karakter Yuri membuat alur cerita menjadi lebih gelap, lebih rumit, dan lebih sadis. Walaupun ada pesan yang diselipkan tetapi tersamarkan dengan level kekerasan yang tinggi. Bisa dibayangkan akan menjadi seperti apa alur ceritanya dengan kemunculan karakter ketiga, Junko.
Selain dari segi cerita, semua pemeran utama dan pendukung memerankan karakternya dengan luar biasa sehingga film ini terasa sangat natural, meskipun sebagian besar pemeran terbilang muda. Karakter Nanno sendiri mungkin akan sangat susah dibenci meskipun satu hal menurut saya yang sedikit mengganggu adalah tawanya yang terlalu berlebihan dan sedikit datar yang justru tidak membuat merinding tetapi sepertinya justru membuat kesal pendengarnya.
Kita hidup di dunia yang menginginkan kesetaraan, tapi banyak orang tidak mau bertanggung jawab atas kesalahan yang mereka buat. Ada yang menerima konsekuensi tindakan mereka, sementara yang lain mengabaikannya…sebab pilihan itu lebih mudah dan bisa meloloskan mereka. Mereka melupakan beban tidak terlihat atas tindakan mereka.
We live in a world where we strive for equality, but many people don’t take equal responsibility for the mistake they made together. Some choose to bear the consequences of their actions, while come choose to pretend to be blind to it. Because it’s the option that lets them off easy. They think they can forget about the burden…they make other people carry.
Meskipun dengan tingkat kekerasan yang tinggi, film ini menunjukkan bahwa seberat dan sekeras apapun hidup, pilihan itu selalu ada, namun sayangnya setiap pilihan yang diambil kadang hanya mengutamakan dan untuk menyelamatkan diri sendiri dan walaupun kesempatan untuk memperbaiki itu ada tetapi tidak ada yang mau mengakui kesalahannya. Dendam, sakit hati, kebencian bahkan rasa ingin melindungi yang berlebihan menjadi faktor2 utama penyebab pilihan yang pada akhirnya mengubah mereka menjadi sama jahatnya dengan pelaku.
Cinta tidak pernah salah. Orang-orang yang menyalahkannya.
Love is never wrong. It’s people who make it so.
Film ini juga menjadi sebuah pengingat terutama bagi orang tua di jaman sekarang dengan tantangan yang jauh lebih berat dalam membesarkan anak. Lingkungan sekolah yang menjadi rumah kedua bagi anak menjadi faktor terpenting yang harus diperhatikan, karena baik menjadi pelaku, korban ataupun sekedar menjadi penonton, semuanya memiliki potensi yang sama untuk membuat pilihan yang salah.
Siapa yang benar dan siapa yang salah? Siapa yang lebih baik? Bisakah kita menjadi orang yang menghakimi di dunia yang abu-abu ini?
Kita terpandang selama orang-orang melihat kita. Tapi apa yang harus dikorbankan untuk menarik perhatian orang?
Girl from Nowhere Season 2 sudah mulai tayang di Netflix mulai tanggal 7 Mei 2021.
Sutradara : Komgrit Tiwimol, Jatuphong Rungrueangdechaphat, Pairach Khumwman, Sitisiri Mongkolsiri, Paween Purijitpanya, Surawut Tungkharak Penulis Skenario : Kongdej Jaturanrasamee Pemeran : Chicha Amatayakul, Chanya McClory, Ploy Sornarin.