Saya penasaran ketika membaca sinopsis singkat film horror dari Thailand ini dan beberapa review menyebutkan hal-hal positif.
Film dibuka dengan adegan ketika Ning melihat kondisi kondominium miliknya yang rusak. Lalu Ning mengusulkan untuk menyewakan rumah Kwin, suaminya. Dari uang sewa tersebut mereka bisa memperbaiki kondominium milik Ning dan pindah ke kondominium itu bersama putri mereka, Ing. Awalnya Kwin tidak mau menyewakan rumahnya tetapi setelah mengetahui kemampuan Bu Ratree, yang akan menyewa rumahnya, Kwin berubah pikiran.
Tidak lama setelah rumah mereka disewakan, Ning mulai merasakan hal-hal yang aneh, mulai dari tato baru suaminya, penyewanya yang dilaporkan melakukan ritual-ritual aneh, bahkan muncul tanda di badan Ing yang menyerupai tato suaminya. Kwin pun selalu keluar dari kamar tepat jam 3.45 sambil membawa sebuah buku kecil berwarna merah yang diberikan oleh Bu Ratree. Ning semakin curiga dan berusaha mencari tahu mengapa hal-hal aneh ini terjadi pada orang-orang terdekatnya.
Durasi film ini cukup panjang tetapi setelah selesai menonton saya mengerti alasannya. Film ini diceritakan dari tiga sudut pandang serta cerita latar belakang ke sebelas tahun sebelumnya, yang menjelaskan apa yang terjadi dengan Kwin dan putrinya, Jaa, dan kenapa tiba-tiba Ing bisa melihat Jaa serta keinginan Kwin untuk menahannya dan membuatnya hidup di dalam tubuh Ing.
Beberapa adegan terasa creepy dan yang membuat saya penasaran adalah karena jalan ceritanya yang terasa berbeda. Cukup bisa dimengerti mengapa Kwin dengan mudahnya mempercayai Bu Ratree walaupun saya sebagai penonton merasa ragu dengan ketulusan niatnya dari awal.
Menurut saya bagian yang paling horror justru ketika menggambarkan suasana kultus, burung gagak sudah tidak asing lagi tentunya, yang menarik justru buku merah yang isinya kosong tetapi ketika Kwin menempelkan ke mukanya, kita melihat sisi lain yang tidak terlihat sebelumnya.
Walaupun akting dari beberapa pemerannya masih terasa flat, pilihan akan tindakan yang dilakukan karakter-karakternya juga kadang bikin gemes, dan beberapa adegan mudah ditebak tetapi secara keseluruhan jalan ceritanya menarik. Banyak juga adegan-adegan yang sangat terasa mencekam.
Sutradaranya sendiri sudah tidak asing lagi, Sophon Sakdaphisit, yang juga menulis untuk film Shutter, Alone, dan Coming Soon. Sejauh ini saya menikmati gaya ceritanya dalam genre horror.
Sudut pandang pertama dari Ning merupakan pancingan yang akan membuat penonton membuat penasaran lalu cerita berikutnya yang menunjukkan sudut pandang Kwin, mengungkap sebagian misteri tetapi muncul pertanyaan-pertanyaan baru yang membuat saya untuk lanjut ke bagian terakhir karena misterinya belum sepenuhnya terungkap.
Di bagian akhir yang mengungkap sudut pandang Bu Ratree lah yang kemudian menjawab keseluruhan misteri walaupun menurut pendapat saya ada bagian yang setelah terungkap justru terasa biasa saja, kurang ada elemen kejutan di penghujung ceritanya. Tapi secara keseluruhan film horror Thailand ini memiliki sisi-sisi yang menarik dengan misteri yang menonjol dan saya menikmati ceritanya hingga akhir, bahkan film ini jauh melebihi ekspektasi awal saya.
Satu hal yang saya perhatikan dari film-film horror Thailand yang bertema kultus adalah kalimat “mantra” yang cenderung pendek dan bisa dengan mudahnya diikuti oleh penonton alih-alih membuat sebuah mantra panjang yang rumit.
Home for Rent sudah bisa kalian tonton di Netflix mulai tanggal 10 November 2023.
Sutradara : Sophon Sakdaphisit Penulis Skenario : Tanida Hantaweewatana, Sophon Sakdaphisit Pemeran : Nittha Jirayungyurn, Sukollawat Kanarot, Penpak Sirikul, Thanyaphat Mayuraleela, Namfon Pakdee, Suphithak Chatsuriyawong, Natniphaporm Ingamornrat, Pawarisa Surathin