Skip to content

Indigo (2023) – movie review

Rating: 2.5 out of 5.

Sewaktu film ini tayang di bioskop, hal pertama yang menarik perhatian saya adalah deretan pemainnya. Kalau secara cerita walaupun ada poin-poin yang menarik tetapi menurut saya gambaran keseluruhannya masih terasa umum.

Sinopsis. Film Indigo ini dibuka dengan kedatangan Bu Sekar di sebuah rumah besar. Kedatangan Sekar disambut Wisnu dan Mira yang merasa khawatir dengan anak perempuannya, Zora. Zora memiliki teman khayalan bernama Widuri. Ketika hal tersebut sudah membahayakan Zora dan Bu Sekar pun mengkonfirmasi bahwa ada niat jahat dari sosok Widuri ini terhadap Zora yang merupakan anak indigo, Wisnu dan Mira langsung meminta Bu Sekar untuk menutup indera keenam Zora dan mengusir sosok Widuri tersebut.

Sementara keadaan tenang hingga sebuah kecelakaan mobil menimpa keluarga mereka hingga menewaskan kedua orangtua Zora dan Ninda. Sejak itu Ninda mulai merasa melihat hal-hal yang akan terjadi dan didatangi sosok yang selalu muncul didalam kamarnya. Sosok ini menjadi teror buat Ninda hingga akhirnya mereka meminta kembali bantuan Bu Sekar.

Review. Seperti yang saya sebutkan di awal bahwa yang pertama kali menarik perhatian saya adalah deretan pemainnya terutama Amanda Manopo dan Sara Wijayanto. Saya bahkan pernah menonton film awal Amanda Manopo yang merupakan film horror sebelum ia terkenal dengan sinetronnya. Sedangkan Sara Wijayanto memang sudah terkenal di dunia horror bahkan youtubenya menjadi tontonan yang wajib saya tonton.

Akting keduanya sudah tidak menjadi perhatian utama saya karena jam terbang mereka di dunia film. Yang menjadi perhatian saya lagi-lagi adalah alur cerita, make up dan sound effect. Jujur suara sosok Widuri lebih mengingatkan saya dengan suara alien di film-film Barat. Lalu make-up sosoknya yang masih serupa dengan kritikan saya di film-film horror Indonesia yang lain. Kenapa sosok-sosok hantu harus dimake-up sangat putih?

Lalu satu adegan dimana lampu ruangannya berkedip-kedip terasa lebih mengganggu daripada menegangkan. Entah kenapa terasa kurang natural.

Adegan di museum sebenarnya menarik tetapi karena cukup familiar sehingga kurang menyeramkan. Dari awal saya sebenarnya sudah menunggu adegan patung penari tetapi ketika scene itu muncul kok tidak sesuai dengan ekspektasi dan menurut saya reaksi Zora di adegan itu terlalu over.

Tetapi diluar itu ada poin-poin yang cukup menarik seperti kemampuan retrokognisi dari Zora yang bisa melihat masa lalu, dan Ninda yang bisa melihat masa depan, walaupun hal ini ga diexplore secara dalam. Secara visual mungkin masih bisa dibuat lebih menarik tetapi saya merasa ini merupakan nilai yang menarik yang membuat ceritanya menjadi terasa sedikit berbeda.

Latar belakang keluarga Zora awalnya menarik tetapi terasa ada celah yang kurang klik dan seperti dipaksakan untuk relate dengan cerita dan karakter tertentu. Saya juga berharap ada sedikit action karena menurut saya prosesi yang dilakukan Sekar terasa kurang wah.

Sutradara : Rocky Soraya Penulis : Riheam Junianti, Rocky Soraya Pemeran : Aliando Syarief, Amanda Manopo, Sara Wijayanto, Amnah Shahab, Aruma Khadijah, Ferry Ardiansyah, Intan R.J., M. Alfarizi, Mira Asmara, Nicole Rossi, Rina Ritonga, Ryuken Lie

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial
%d bloggers like this:
Verified by MonsterInsights