Skip to content

Knocking (2021) – movie review

Rating: 3.5 out of 5.

Film Knocking merupakan film psychological horror slow burn yang membuat penonton mempertanyakan apa yang mereka lihat dan dengar. Saya sama sekali tidak bisa menebak ke arah mana film ini dan saya menyukai bagaimana Frida Kempff memutuskan mengakhiri film ini.

Setelah setahun berada dalam perawatan di rumah sakit jiwa karena mengalami gangguan mental, Molly akhirnya keluar dan pindah ke apartemen barunya. Malam pertama di apartemen barunya, ia mulai mendengar suara ketukan aneh dari lantai diatas apartemen miliknya. Molly berusaha mencari sumber suara ketukan tersebut ke setiap kamar di lantai atas apartemennya tetapi tanpa hasil. Lama kelamaan suara ketukan itu berganti dengan suara tangisan perempuan. Molly tidak bisa tinggal diam dan ia tidak menyerah untuk mencari jawaban walaupun tidak ada satu orangpun yang mempercayainya.

Jujur, ketika menonton film ini kening saya berkerut sepanjang film. Saya berusaha memahami karakter utama, Molly, yang kehilangan orang terdekatnya dan membuatnya tenggelam dalam depresi. Walaupun tidak semua detail tentang kehilangannya dijelaskan tetapi sangat menyedihkan melihatnya berjuang untuk keluar dari rasa sakitnya.

Banyak hal yang mengganggu Molly ketika ia berusaha kembali ke dunia nyata, kenangan masa lalu yang selalu menghantui, fakta bahwa Molly berhenti mengkonsumsi obat dan selalu mengatakan bahwa kondisinya baik2 saja meskipun sebenarnya ia berjuang keras untuk bertahan melalui hari demi hari, lalu selebihnya ia fokus dengan suara2 yang ia dengar di apartemennya.

Di satu sisi kita diperlihatkan hal2 yang memang mencurigakan, walaupun pada akhirnya ada penjelasan untuk itu, tetapi disisi lain kita juga mengetahui bahwa Molly berhenti mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokternya. Fakta yang bertolak belakang ini membuat saya ragu dan mulai mempertanyakan mana yang realita dan mana yang hanya halusinasi. Film ini berhasil membuat saya kesulitan untuk memutuskan apakah akan mempercayai Molly atau tidak.

Semua orang yang ditemui Molly memandangnya dengan aneh, bahkan tanpa mengetahui riwayatnya pun, melihat kondisi Molly, seorang wanita yang tinggal sendirian dengan keteguhannya menyampaikan keresahannya, mereka menyimpulkan ia hanya membayangkan sesuatu. Dan pada akhirnya ketidakmampuannya membantu dan ketidakpercayaan orang2 disekelilingnya inilah yang membuat Molly kehilangan kendali, adegan puncak ini sangat membuat saya merasakan rasa frustasinya.

Cecilia Milocco memerankan Molly dengan memikat, tanpa aktingnya yang luar biasa, film ini mungkin tidak menyentuh hingga dalam. Sinematografi pun sangat mendukung, beberapa adegan dengan sudut pengambilan miring dan di adegan ketika Molly mulai sangat panik lalu mengkonfrontasi tetangganya secara frontal, kamera menyorot close-up dengan visual seakan diambil dengan GoPro, membuat dunia Molly terasa membingungkan, saya ikut merasa sesak dan bingung, berharap ada seseorang dibalik salah satu pintu itu yang memang memerlukan bantuan.

Menurut saya film ini mengambil sudut pandang seorang Molly dengan sangat baik. Kita mengetahui apa yang sudah ia lalui dan apa yang sedang ia alami dan kita pun dibuat merasakan kebingungan yang sama dengan apa yang dialami Molly serta rasa penasaran dan frustasi yang kian meningkat karena ketidakmampuannya untuk membantu, lagi.

Sutradara : Frida Kempff Penulis Skenario : Emma Broström Pemeran : Cecilia Milocco, Albin Grenholm, Alexander Salzberger, Krister Kern, Ville Virtanen, Charlotta Åkerblom, Naida Ragimova

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial
%d bloggers like this:
Verified by MonsterInsights