Skip to content

Nailed (2019) – movie review

Rating: 3.5 out of 5.

Saya baru menonton film ini beberapa hari yang lalu meskipun sudah lama melihat posternya dan berhubung film ini masih terkait dengan genre crime, pesan yang disampaikan juga mengena, saya memilih untuk mereview film Korea ini. Banyak bagian yang membuat saya tersenyum-senyum karena terasa sangat familiar dan sangat mirip dengan apa yang terjadi di negara saya. Apparently this is not only happen in Indonesia.

Sinopsis

Film dibuka dengan memperlihatkan sebuah bengkel di pinggiran kota yang dikelola oleh sepasang suami istri, Jae-gu dan Sun Yeong. Bengkel mereka terlihat sepi terutama sejak adanya proyek pembangunan perumahan yang membuat orang2 memilih untuk mengambil jalur lain. Jae-gu berusaha untuk protes tetapi malah diseret ke kantor polisi. Selain bermasalah dengan orang tua dari Sun Yeong yang mengharapkan anaknya menikahi orang yang lebih sukses, Jae-gu juga memiliki masalah dengan Mr Mun yang juga pemilik bengkel dan ketua asosiasi toko lokal. Ekonomi juga menjadi salah satu masalah mereka, hidup mereka sangat berkekurangan hingga suatu ketika sebuah mobil terkena besi2 tajam yang terjatuh dari truk2 proyek yang sering lalu lalang di jalan tersebut dan pemilik mobil tersebut pun bersedia membayar lebih mahal untuk mengganti ban mobilnya. Dari sini Jae-gu mendapatkan ide dan menyebarkan besi tajam tersebut di jalanan tidak jauh dari bengkelnya. Sun Yeong yang awalnya tidak menyetujui pun akhirnya ikut membantu Jae-gu bahkan membantu memberi ide untuk menanam paku supaya tidak tergerus oleh truk2 yang lalu lalang. Ketika akhirnya mereka memperoleh kesuksesan, obsesi mereka terutama Sun Yeong menjadi semakin besar dan saat ia mulai menyebarkan lebih banyak paku lagi, hal terburuk pun tidak dapat dihindari.

Review Storyline & Karakter

Dengan sedikit balutan komedi, saya tidak bisa untuk tidak tersenyum melihat karakter Jae-gu dan Sun Yeong ini dan orang2 disekitarnya yang terasa sangat familiar dan mungkin ini sering terjadi juga di lingkungan kita. Di awal2 mungkin kita akan memaklumi tindakan mereka, Jae-gu yang ingin sukses, membeli tanah yang mereka tempati dan membuktikan kepada orangtua Sun Yeong bahwa ia mampu, dan Sun Yeong sebagai wanita yang ingin berbelanja, berdandan dan berpenampilan bagus. Siapa yang tidak tergiur ketika menemukan cara instan untuk menjadi kaya? Tetapi saat semua kesuksesan mereka harus dibayar dengan harga diri dan nyawa orang lain, apakah semua itu layak dilakukan?

Dan permasalahan tidak berhenti hanya sampai disitu, ketika Jae-gu dijadikan tersangka penculikan anak dari pemilik proyek perumahan dan bagaimana pihak kepolisian memperlakukan Jae-gu, bagaimana komentar ayah Sun Yeong ketika mengetahui hal tersebut, tiba2 semua seakan tidak berhenti menyalahkan. Tetapi roda kembali berputar ketika paku yang mereka tanam justru terkena pada mobil seorang kepala divisi konstruksi yang bekerja untuk ibu dari korban, sekaligus yang ternyata adalah penculik anak yang dicari2. Keadaan berbalik seketika setelah menyelamatkan korban penculikan tersebut. Jae-gu akhirnya bisa membeli tanah yang ditempatinya. Bagian yang paling membuat tersenyum adalah ketika melakukan perjanjian jual beli tanah dengan ayah dan keluarga dari Sun Yeong. Kita mungkin masih terus tersenyum ketika Jae-gu dan Sun-Yeong membeli mobil, makan di restoran mewah, membeli pakaian bagus. Tetapi ketika terdengar berita bahwa anak di toko yang sering dikunjungi Jae-gu mengalami kecelakaan di tempat paku2 ditanam, dan di malam yang sama Jae-gu mengetahui rahasia yang disimpan istrinya, seakan menyadarkan kita bahwa ada harga yang sangat mahal ketika kita melakukan kejahatan untuk menjadi sukses.

Cara film ini diolah sedemikian rupa dengan berbagai intrik sederhana dan masalah-masalah yang kemudian datang, terasa sangat natural dan pas. Saya bisa ikut merasakan apa yang dirasakan Jae-gu dan Sun Yeong, ambisi, iri, senang, sedih, kecewa, kegagalan, keberhasilan, semua terasa familiar dan sejauh mana kita mau melakukan hal yang sudah jelas salah dan merugikan orang lain bahkan bisa merenggut nyawa orang lain, untuk mendapatkan kekayaan. Terdengar seperti sinetron tetapi film ini sama sekali tidak membosankan dan karakter orang-orang di dalamnya pun dibuat senatural mungkin, dan mengalami dilema dengan kejahatan yang dilakukannya.

Saya suka dengan kesederhanaan film ini, bahkan karena terlihat sederhana mungkin belum ada yang mengusung cerita seperti ini. Uniknya kesederhanaan film ini dibalut dengan masalah-masalah yang kemudian muncul hingga film ini menjadi tidak sesederhana yang kita bayangkan, dan masih terlihat pas dengan alur cerita. Pesan yang disampaikan pun cukup mengena, mungkin banyak cerita lain di kehidupan nyata yang mirip dengan cerita ini, dengan kondisi ekonomi yang kurang, menghalalkan “sedikit” kejahatan untuk meraih kesuksesan dan menjadi kaya mungkin akan terlihat sangat menyenangkan tetapi ketika harus membayar dengan harga yang sangat mahal, sejauh mana hati nurani kita berbicara?

Sutradara : Yoon-jae Ha Pemeran utama : Yong-woo Park, Eun-ji Joo, Bong-sik Hyun

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial
%d bloggers like this:
Verified by MonsterInsights