Skip to content

Review Film : Before, Now and Then (2022)

Rating: 5 out of 5.

Mengambil set up di Jawa Barat era tahun 1960-an, Kamila Andini menghadirkan suasana yang kental dan mendetail untuk menarik kita kembali ke era tersebut. Saya sendiri merupakan salah satu penggemar film period piece jadi tidak sulit untuk langsung menyukai film Before, Now and Then ini apalagi dengan tema yang sangat menyentuh.

Karakter utamanya bernama Nana, ia menikah dengan Kang Lurah dan memiliki 4 anak. Nana memiliki trauma di masa lalu dimana ia terpisah dari suaminya karena perang bahkan kehilangan ayah dan anaknya, dan semua trauma ini hanya bisa ia pendam dan selalu muncul dalam bentuk mimpi. Perempuan di era tersebut masih sangat kental dengan paradigma patriarki dimana Nana terperangkap dalam rutinitas untuk mengurus suami, anak dan seluruh aktivitas rumah tanpa ada yang benar-benar peduli dengan dirinya.

Lalu muncul Ino, wanita simpanan Kang Lurah. Nana tentunya terlihat kaget tetapi tidak ada emosi yang meluap, ia terlihat sangat tenang. Bahkan ia justru menjalin persahabatan dengan Ino karena keduanya memiliki harapan yang sama, kebebasan.

Setiap adegan yang ditampilkan sarat dengan pesan. Adegan saat Nana sedang menyisir rambutnya di depan cermin, anak perempuannya yang kecil, Dais, penasaran: mengapa ibunya tidak membiarkan rambut panjangnya terurai dan memilih menggunakan sanggul? Nana pun menjawab pertanyaan tersebut secara metaforis: perempuan harus tekun menyimpan rahasia di dalam sanggul kepalanya. Hal ini akan menyambung dengan adegan di akhir dimana Nana akhirnya membiarkan rambut panjangnya terurai sebagai pernyataan kebebasan.

Happy Salma dan Laura Basuki menggambarkan karakter Nana dan Ino dengan sangat luar biasa. Saya mampu memahami setiap gerakan dan setiap proses dalam perjalanan kehidupan Nana menjadi seorang yang bebas dan meraih kebahagiaannya.

Adegan lain yang saya ingat adalah ketika Nana disindir bahwa ketika lelaki lebih sering diluar rumah itu karena istrinya kurang mampu membuat suami betah dirumah. Lalu ketika anaknya Dais mengacak-acak rumah saat ada acara, Nana pun disindir dengan kalimat “orang dari keluarga baik, akan menghasilkan anak yang baik”. Jujur adegan-adegan ini membuat darah saya mendidih, hal-hal yang sebenarnya masih terjadi saat ini tetapi sering diabaikan bahkan menjadi suatu kebiasaan yang bila kita lawan, yah kembali lagi ujung-ujungnya perempuan yang salah.

Dan ini digambarkan dalam kalimat pertanyaan yang diucapkan Nana dan terngiang-ngiang dalam pikiran saya. Kenapa ya, perempuan harus selalu diikuti rasa bersalah? Kalimat ini membuat saya tersadar bahwa tanpa disadari sebagian besar perempuan memiliki pertanyaan yang sama dengan Nana. Bahwa ketika kita melakukan sesuatu untuk diri sendiri, kita selalu dihinggapi rasa bersalah.

Seandainya tiap hari bisa seperti ini. Bebas. Bisa melakukan apa saja yang kita suka. Menjadi perempuan seperti yang kita mau. Tidak perlu melakukan semua hal dengan sempurna. Bisa punya usaha tanpa perlu laki-laki. Tidak direndahkan. Tidak dihakimi. Bebas!

Bukan hanya trauma yang membekas di diri Nana tetapi juga perasaan bersalah hingga ia takut untuk merasa bebas, untuk meraih bahagia. Ketika mimpi-mimpi buruk itu berhenti pun ia masih saja merasa bersalah.

Adegan terakhir mungkin adalah yang paling menyakitkan dan mengharukan, Nana berusaha untuk tegar dihadapan semua orang dan hanya menumpahkan isi hatinya pada Ino. Kebebasannya tidak seperti yang ia bayangkan, kebebasannya terasa berat dan sulit. Nana harus mampu menembus itu semua untuk benar-benar merasakan kebahagiaan.

Film yang diangkat dari novel Jais Darga Namaku karya Ahda Imran ini memang sangat layak mendapatkan penghargaan. Digambarkan dengan sangat indah, suasana klasiknya sangat terasa dan cantik, bahkan musiknya pun sangat pas. Setiap elemen dalam film ini menyatu dengan cerita dan karakter serta pesan didalamnya yang membuat kesan tersendiri dalam diri saya.

Selamat Hari Perempuan Internasional !

Sutradara : Kamila Andini Penulis Skenario : Kamila Andini, Ahda Imran (novel) Pemeran : Happy Salma, Laura Basuki, Arswendy Bening Swara, Ibnu Jamil, Arawinda Kirana, Chempa Puteri, Muhammad Robi Aditya, Amira Mazaya 

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial
%d bloggers like this:
Verified by MonsterInsights