Film ini sebenarnya sudah direlease ulang di bulan May 2021 tetapi saya baru memiliki kesempatan untuk menonton film ini sekarang dan jujur awalnya saya sempat ragu dan keraguan itu ternyata tidak sepenuhnya salah.
Film ini dibuka dengan seorang dokter yang ditugaskan di desa Pagar Alas, Dr Jati. Meskipun penampilannya rapi dan pembawaannya pun berwibawa tetapi ia memiliki obsesi dengan detak jantung manusia. Di desa tersebut Dr Jati bertemu dengan Sukma, seorang gadis cantik penari lengger. Sejak pertama kali melihat tarian Sukma, Dr Jati merasakan sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, dan detak jantungnya menjadi lebih cepat. Di saat yang bersamaan, semenjak kedatangan dr Jati, satu persatu penduduk desa Pagar Alas mulai menghilang.
Saya menduga bahwa film ini akan menjadi film tentang supranatural tetapi ternyata tidak. Film ini merupakan film tentang serial killer, sebuah genre yang bisa terbilang jarang di perfilman Indonesia dan jujur harus saya katakan bahwa film ini kurang berhasil buat saya.
Kali ini saya harus sedikit spoiler untuk membahas apa saja catatan saya tentang film ini. Pertama, tidak ada kaitan yang signifikan antara latar belakang masa kecil dr Jati dengan obsesinya terhadap detak jantung. Adegan masa kecil dr Jati tidak terlalu menggambarkan dan menjelaskan kenapa dr Jati terobsesi lalu mengoleksi jantung manusia. Kedua, ketika orang2 yang menghilang di desa Pagar Alas semakin bertambah banyak tetapi penduduk desa tidak berbuat apa2, sedikitpun. Tidak ada kepala desa ataupun yang bertanggung jawab di desa tersebut yang mempermasalahkan kasus2 tersebut. Penduduk desa dibiarkan menghilang tanpa berusaha untuk dicari keberadaannya ataupun dilaporkan, kecuali Bayu.
Ketiga, ketika Sukma pingsan dan dibawa ke dr Jati, ia tiba2 terbangun lalu langsung melihat ke arah rak buku, yang merupakan pintu rahasia, dan menebak buku pembukanya. Sukma yang baru pertama kali datang ke rumah dr Jati dan sama sekali tidak curiga sebelumnya terhadap dr Jati , tiba2 langsung bisa menebak ada sebuah pintu rahasia. Ini seperti berhitung tetapi dari satu langsung loncat ke angka sembilan. Tanpa petunjuk dan prasangka, hanya karena Sukma sudah diberikan Indang oleh Mbok Girah. Keempat, yang merupakan ending dari film Tarian Lengger Maut dimana dr Jati tiba2 menimpakan kesalahan pada Sukma. Ide bahwa seorang psikopat menyalahkan obsesinya kepada seseorang yang baru saja dikenalnya, yang bahkan tidak memiliki hubungan khusus apapun, merupakan hal yang sedikit absurd.
Dari segi karakter, dr Jati yang diperankan oleh Refal Hady terlihat kurang menakutkan. Sisi satu sebagai dokter dengan sisi lainnya sebagai psikopat tidak terasa jauh berbeda. Sepertinya ini merupakan film dengan genre thriller pertama bagi Refal Hady. Karakter Sukma pun terasa tanggung, mungkin seandainya hubungan Sukma dan dr Jati meningkat, akan ada efek shock yang lebih terasa dan akan ada alasan untuk mencurigai pintu rahasia.
Sangat disayangkan lagi2 ada celah dalam storyline dan karakter. Sekali lagi terbukti bahwa genre horror dan thriller itu tidak mudah, tetapi sering dianggap remeh. Satu2nya yang saya suka adalah efek visual dan tone ketika Sukma menari di penghujung film, walaupun sempat terbersit apakah di era tersebut, di pedesaan, efek sinar merah yang muncul di pembukaan tari sudah ada ya?
Sutradara : Yongki Ongestu Penulis Skenario : Natalia Oetama Pemeran : Della Dartyan, Refal Hady, Alyssa Abidin, Bintang Satria, Hetty Reksoprodjo