Skip to content

Tell Me a Creepy Story (2023) – movie review

Rating: 2 out of 5.

Film ini merupakan sebuah kumpulan cerita-cerita horror atau horror anthology yang terdiri dari empat cerita.

Cerita pertama yang berjudul “Hungry Joe” menceritakan tentang seorang anak yang sejak lahir memiliki nafsu makan yang sangat tinggi. Si ibu berjuang keras dalam membesarkan anaknya dan memenuhi nafsu makannya yang semakin bertambah ekstrim seiring pertumbuhannya.

Cerita kedua berjudul “Myosotis” dimana seorang pria yang berprofesi sebagai bee keeper, tidak sengaja membunuh istrinya ketika sedang memperebutkan makanan. Diam-diam Ia mengubur mayatnya di kebun sayur depan rumahnya dan teror demi teror mulai menghantui pria tersebut.

Cerita ketiga “Red Water” menceritakan tentang seorang wanita yang putus dengan kekasihnya tetapi pria tersebut tampak sudah move on dan memiliki kekasih baru. Ketika ia ragu untuk memutus pertemanannya di sosial media, tiba-tiba aliran air di dalam rumahnya mati sehingga ia harus memanggil tukang reparasi. Anehnya ketika tukang tersebut sudah berada di dalam rumahnya muncul pria kedua yang juga mengaku sebagai tukang reparasi.

Cerita keempat “The Good Word” menceritakan tentang seorang pembunuh yang kemudian berpura-pura menjadi seorang pendeta dan menghampiri sebuah rumah yang akan menjadi target berikutnya. Tetapi pembunuh tersebut ternyata menargetkan rumah yang salah.

Saya merupakan penggemar film-film horror anthology karena memiliki cerita-cerita menarik yang dikemas dengan singkat dan diakhiri dengan sebuah tanda tanya tetapi tidak sepenuhnya menggantung. Tell Me a Creepy Story ini merupakan salah satu film horror anthology tetapi sayangnya saya tidak bisa menikmati cerita-cerita yang ada sepenuhnya.

Cerita pertama memang memiliki nuansa horror karena menampilkan subgenre body horror tetapi hanya sebatas itu. Satu hal yang saya fokuskan justru keraguan si ibu yang dipendam sekian lama dan membuatnya depresi. Meskipun ada sisi horrornya tetapi saya kurang menangkap point dan tujuan dari cerita.

Cerita kedua lebih menarik karena si suami yang panik setelah tidak sengaja membunuh istrinya lalu diam-diam menguburnya. Lama kelamaan rasa sedih dan rasa bersalah yang ia rasakan terwujud dalam teror tanpa henti, mulai dari barang yang berpindah-pindah hingga apa yang ia kubur di kebun sayuran tersebut mulai bermutasi. Walaupun dengan cerita yang unik tetapi ada pesan terselip dalam cerita ini, serupa dengan peribahasa apa yang kamu tabur itulah yang kamu tuai.

Cerita ketiga menurut saya berada di urutan terbawah dari keempatnya. Ceritanya sangat aneh, seakan memaksakan dengan topik yang ingin disampaikan tetapi somehow tetap ga nyambung. Cerita nyatanya adalah tentang seorang wanita yang ingin memutus pertemanannya dengan mantan pacarnya yang jelas-jelas sudah move on tetapi ia ragu.

Setelah itu mulai muncul cerita tentang orang asing yang berada di rumahnya dan ditengah-tengah kekacauan itu muncul sosok mantan pacarnya tersebut. Disini saya mulai bingung dan tidak lama ceritanya selesai begitu saja. Jujur saya tidak menemukan konklusi apa yang disajikan dan kaitannya dengan cerita pembuka, sangat aneh.

Nah cerita terakhir ini menjadi cerita favorit saya, alur ceritanya sederhana dan meskipun banyak dialog tetapi akting dari ketiga pemerannya membuat saya sebagai penonton seakan terseret di dalamnya. Intensitas dalam dialog tersebut lebih terasa walaupun horror di adegan akhir mungkin tidak sesuai ekspektasi. Cerita terakhir ini lebih memberikan rasa puas karena karakter diawal akhirnya mendapatkan ganjaran.

Secara keseluruhan cerita-cerita horror ini sepertinya bukanlah berada dalam lingkup cerita horror yang saya harapkan dalam sebuah horror anthology. Lebih banyak bagian-bagian yang tidak saya sukai dan saya kurang puas setelah menonton keempat cerita tersebut.

Sutradara : Samuel Dawe, Felix Dobaire, Stuart Graham, Paul Holbrook Penulis : Samuel Dawe, Felix Dobaire, Paul Holbrook

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial
%d bloggers like this:
Verified by MonsterInsights