Skip to content

The Last Thing Mary Saw (2021) – movie review

Rating: 3.5 out of 5.

Film ini berlatar belakang di Southould, New York, tahun 1843 ketika Mary diinterogasi atas peristiwa tragis yang terjadi di rumahnya. Di tengah interogasi tersebut, adegan bergerak mundur kembali ke awal di saat orangtua Mary melaporkan kejadian antara Mary dan pembantu di rumah mereka, Eleanor, pada neneknya yang disebut juga sebagai the matriarch.

Dari adegan flashback penonton langsung disuguhkan tentang masalah yang sedang terjadi dalam keluarga ini. Ayah dan ibu Mary mengetahui bahwa putrinya dan Eleanor saling mencintai. Mereka meminta supaya neneknya ikut campur tangan dan memberi pelajaran pada Mary dan Eleanor. Inilah titik awal dimana kekacauan mulai terjadi di dalam keluarga ini.

Tema film ini memang sudah tidak asing lagi tapi dibuat dengan nuansa dark, gloomy dan suspense yang pekat. Saya berharap ada sedikit background tentang titik mula hubungan Mary dan Eleanor, kekuatan supranatural apa yang mempengaruhi keluarga Mary dan saya pun penasaran siapa yang sebenarnya mengadukan hubungan mereka, tetapi hal ini tertutup dengan begitu banyak sebab akibat yang terjadi dan kaitannya dengan cerita dalam buku kecil ini juga sesuatu yang menarik.

Buku kecil tersebut merupakan inti dalam film ini dan dipercaya oleh ayahnya Mary sebagai penyebab dari penyimpangan yang dilakukan Mary. Bab 1 menceritakan tentang seorang petani (sedikit mengingatkan saya dengan cerita Adam) yang mencuri makanan di dalam kuil, meskipun ia sudah diperingatkan untuk tidak memakannya. Petani itu pun dihukum karena tidak mampu menahan nafsunya.

Bab 2 menceritakan tentang seorang anak yang lahir di luar pernikahan dan memiliki tanda di wajahnya. Setelah menemui beberapa dokter, dokter terakhir menyarankan si ibu untuk membuang anak tersebut tetapi si anak justru balik membalas ibunya. Dan bab terakhir menceritakan tentang seorang wanita tua yang dibunuh oleh seorang wanita bangsawan dan pembantu wanitanya untuk membungkam karena telah melihat keduanya berduaan.

Seluruh isi buku tersebut merupakan ringkasan dari apa yang akan terjadi pada Mary dan Eleanor, mereka membaca dan memahami kaitannya dengan apa yang sedang mereka jalani tetapi mereka terlalu dibutakan oleh cinta dan amarah.

Ada sedikit kontroversi dalam film ini yang disatu sisi keinginan untuk mem”benar”kan Mary tidak bisa sepenuhnya disalahkan tetapi koreksi demi koreksi yang mereka lakukan justru membuat keadaan berbalik semakin kacau. Dan kekacauan ini bukan hanya bersumber dari keluarga Mary tetapi juga dari keluarga pamannya yang membuat “koreksi” pada penjaga rumahnya dan dalam kalimatnya pada Eleanor mengatakan bahwa rasa takut dan kelemahanlah yang menjaga mereka tetap disitu, bukan kesetiaan.

Film tentang cinta terlarang ini awalnya terasa masih mudah untuk diikuti lalu ketika Mary dan Eleanor diketahui sedang berduaan di kandang ternak oleh neneknya, disini mulai banyak adegan yang terasa kental dengan hal2 supranatural.

Lagu yang disenandungkan neneknya dan jari yang menghitam menjadi ciri khas bahwa apapun yang dimiliki si nenek akan diturunkan pada generasi berikutnya, dan hal ini menjadi penutup yang sempurna.

Keseluruhan cerita dan setiap karakter dalam film ini memiliki peran penting yang saling terkait dan setiap karakter diperankan dengan luar biasa sehingga membawa cerita ini menonjol walaupun beberapa hal dibiarkan tak terjawab.

Sekali lagi akting Isabelle Fuhrman berhasil, dari film Orphan, The Novice lalu film ini, she’s definitely my favorite. Stefanie Scott, Judith Roberts dan Rory Culkin pun berhasil memikat saya dengan aktingnya dan menurut saya esensi horror dalam film ini didefinisikan dengan baik oleh akting Judith Roberts.

Sutradara : Edoardo Vitaletti Penulis Skenario : Edoardo Vitaletti Pemeran : Stefanie Scott, Isabelle Fuhrman, Judith Roberts, Michael Laurence, Rory Culkin

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial
%d bloggers like this:
Verified by MonsterInsights