Skip to content

The Lodge (2019) – movie review

Rating: 2 out of 5.

Saya berharap ada sesuatu yang extraordinary terjadi tetapi hampir sejam pertama tidak ada sesuatu yang mencekam terjadi.

Film ini sedikit mengingatkan dengan Dreamkatcher, dan mungkin beberapa film horror lainnya, yaitu sang ayah memiliki pasangan baru yang tidak disukai anak2nya dan membawa keluarganya ke sebuah rumah di antah berantah untuk akhirnya ditinggalkan karena pekerjaan, tipikal. Film ini diawali dengan sang ibu, Laura, yang mengalami depresi karena suaminya, Richard, mengajukan perceraian. Bahkan Richard berterus-terang kepada Laura bahwa ia akan menikahi Grace, pasangan barunya, dalam beberapa bulan. Sesaat setelah mendengar hal tersebut Laura mengakhiri hidupnya. Beberapa bulan setelah kejadian tersebut, Richard merencanakan untuk mengajak anak-anaknya, Aidan dan Mia, liburan Natal ke pondok milik keluarga yang letaknya jauh dari kota, dan tentunya ia mengajak Grace, berharap bisa mendekatkan Grace dengan Aidan dan Mia. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, semakin banyak keanehan-keanehan yang terjadi yang mereka alami di pondok tersebut.

Pertama-tama saya sangat menyayangkan kehadiran Alicia Silverstone yang sangat singkat. Saya berharap bahwa dia akan tampil lebih banyak tetapi ternyata tidak. Kedua, saya tidak akan mengatakan bahwa ini film favorit saya, karena pada sejam pertama alur ceritanya sangat sangat lambat. Walaupun begitu, saya suka bagaimana mereka bermain dengan pikiran dalam film ini. Di awal ketika Aidan dan Mia mengetahui bahwa Grace memiliki masa lalu yang sangat buruk terkait dengan kultus dan pembunuhan massal, saya hampir bisa menebak kemana arah cerita film ini. Yang tidak disangka adalah ketika ternyata ada hal-hal yang direkayasa oleh Aidan dan Mia sehingga Grace yang masih dalam proses pemulihan dari trauma tersebut terpicu kembali terutama ketika obatnya pun diambil. Ini merupakan film yang tragis, sayangnya horror serta thriller nya baru mulai memuncak di bagian akhir film setelah hampir flat diawal hingga pertengahan film. Apa yang dilakukan Aidan dan Mia adalah keisengan yang berakhir tragis, kesalahan terbesar mereka adalah mereka bermain-main dengan kondisi psikologis Grace. Mereka berharap permainan itu bisa menyiksa Grace tapi keadaannya justru berbalik. Mereka bertindak cukup jauh sehingga saya hampir percaya bahwa mereka bertiga sudah meninggal.

Yang saya rasa agak sedikit off adalah karakter Grace sebenarnya tidak terlalu kuat dalam film ini, tidak ada pertarungan apapun disini walaupun sebenarnya Aidan tidak akan kalah apabila berhadapan dengan Grace dan melawan balik. Aidan sama sekali tidak terlihat lemah. Film ini juga tidak terlalu memperlihatkan kekerasan, terutama bagian ketika Aidan dan Mia bersembunyi di mobil dan dihampiri oleh Grace lalu adegan berikutnya mereka sudah berada di meja makan, mulut mereka ditutupi plester dengan tulisan “Sin” dan diperlihatkan sebuah pistol dengan dua butir peluru ada diatas meja. Saya suka dengan twist n turn di film ini tetapi saya berharap alur ceritanya tidak terlalu lambat dan sedikit lebih intense.

Sutradara : Severin Fiala, Veronika Franz Penulis Skenario : Sergio Casci, Severin Fiala, Veronika Franz Pemeran Utama : Riley Keough, Jaeden Martell, Lia McHugh, Richard Armitage, Alicia Silverstone

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial
%d bloggers like this:
Verified by MonsterInsights