Tidak jauh berbeda dengan Indonesia, Thailand pun merupakan negara yang mempercayai dukun. Mereka juga mempercayai banyak dewa dan setiap dukun dipercaya dipengaruhi oleh dewa2 tertentu.
Nim merupakan salah satu yang keluarganya sudah turun temurun menjadi dukun. Kekacauan mulai muncul sejak Nim menghadiri pemakaman Willow, suami dari kakaknya Noi. Di perjalanan ia menceritakan betapa keluarga tersebut mengalami hal2 tragis yang beruntun. Kakeknya ditimpuk batu hingga mati, ayahnya bunuh diri karena ketahuan sengaja membakar pabrik demi asuransi, dan putra sulungnya mati karena kecelakaan motor. Kini yang tersisa hanya Noy dan anak perempuannya Mink.
Setelah pemakaman Willow, sikap Mink menjadi semakin aneh. Hal tersebut terus berlanjut hingga Mink dikeluarkan dari pekerjaannya. Nim terus melakukan ritual dan berusaha membantunya sekuat tenaga tetapi ketika Noi tidak melihat ada perubahan, ia membawanya ke dukun lain. Saat itulah Mink tiba2 lari dan menghilang dan pada saat Nim menemukan Mink, ia sudah sangat jauh berubah.
Film The Medium ini merupakan hasil kolaborasi antara sutradara Thailand dan Korea. Banjong Pisanthanakun merupakan sutradara yang pernah membuat Shutter tahun 2004 dan diremake oleh Hollywood, sedangkan Na Hong-jin adalah sutradara Korea yang sukses membuat film Chaser dan The Wailing. Film ini sendiri menurut saya seperti gabungan antara Exorcism dan Paranormal Activity dengan tingkat kesadisan yang tinggi jadi kalian harus siap mental untuk menonton film ini.
Sama halnya seperti sebagian besar film exorcism yang endingnya tidak happy ending, begitu pula dalam film ini dimana kita ditunjukkan bahwa manusia itu memiliki kelemahan yang terkadang mudah untuk dimanfaatkan oleh roh jahat, bahkan mereka lebih mengenal kelemahan manusia lebih dari manusia itu sendiri.
Film ini merupakan cerita fiksi tetapi dikemas dengan gaya dokumenter, dimana beberapa kru kameramen merekam dan mewawancarai Nim dan anggota keluarganya, lalu juga memasukkan cctv sebagai bagian dari informasi. Banyak unsur yang dimasukkan tetapi masih dalam porsi yang sesuai walaupun ketika kerasukan beberapa dari mereka yang kerasukan bersikap seperti zombie, ini yang menurut saya sedikit berlebihan tetapi memang menambah unsur horror. Nuansa horror yang perlahan dibangun dari awal, meningkat drastis di sepertiga akhir film membuat nuansa horror menjadi lebih melekat.
Saya salut dengan Narilya Gulmongkolpech yang memerankan Mink, terutama ketika ia mulai berubah dan direkam melalui kamera ketika sedang berada di dalam rumah. Ekspresi dan gerakan tubuhnya terasa sangat nyata, apalagi ketika ia muncul dari dalam kegelapan setiap gerak geriknya membuat merinding.
Karakter Nim yang saya pikir menjadi karakter utama ternyata tidak berperan banyak, semua berpusat pada Mink. Dan kunci dari semua hal yang terjadi pada keluarganya sepertinya ada pada bagian akhir, sebelum penutup, dan tidak pernah terpikirkan ataupun disebut kemungkinan2 itu dalam seluruh bagian film. Apa yang kita lihat hanyalah efek dan akibat tetapi dalang dibalik itu tidak disorot.
Walaupun bukan film yang “outstanding” tetapi beberapa momen dalam film ini tidak mudah untuk dilupakan.
Sutradara : Banjong Pisanthanakun Penulis Skenario : Cha-won Choi, Chantavit Dhanasevi, Na Hong-jin Pemeran : Narilya Gulmongkolpech, Sawanee Utoomma, Sirani Yankittikan, Yasaka Chaisorn, Boonsong Nakphoo, Arunee Wattana