Skip to content

The Platform (2019) – movie review

Film yang ditayangkan di Netflix ini membuat saya tidak bisa berkata2, bahkan setelah filmnya berakhir pun saya masih berusaha mencerna kembali film ini.

Sinopsis

Film ini bercerita tentang sebuah penjara vertikal “The Hole” dengan satu sel yang berisikan dua orang di setiap tingkat dimana seluruhnya terdapat 333 tingkat. Uniknya terdapat lubang ditengah2 sel dimana sebuah platform yang berisi penuh dengan makanan akan diturunkan dari lantai paling atas hingga paling bawah dan akan berhenti di tiap tingkat selama 2 menit, tapi makanan ini hanya boleh dimakan di rentang waktu itu saja, bila makanan itu mereka ambil dan simpan, suhu di sel mereka akan naik atau turun secara drastis. Setiap bulan penghuni sel akan dipindahkan secara berkala, tidak tentu kemana mereka akan dipindahkan, bisa ke level teratas, tengah, bahkan paling bawah. Semua penghuni sel juga diperbolehkan membawa satu benda untuk mereka bawa ke dalam sel. Goreng, adalah salah satu penghuni sel tetapi ia masuk secara sukarela selama 6 bulan, anehnya ia masuk untuk memperoleh gelar diploma. Di bulan pertama ia berada di lantai 48 bersama dengan Trimagasi, seorang pria tua. Hubungan mereka baik2 saja hingga bulan kedua mereka terbangun di lantai 171, Goreng terbangun dalam keadaan terikat dan Trimagasi pun berubah menjadi orang yang akan berbuat apa saja supaya ia bisa bertahan hidup karena makanan sangat jarang sampai di lantai terbawah. Di tengah2 itu, ada Miharu yang selalu turun setiap bulan untuk mencari anaknya. Bulan ketiga Goreng terbangun di lantai 33 dengan Imoguiri. Bulan ke 4 ia terbangun di lantai 202 dan bulan ke 5 ia berada di lantai 6 bersama dengan seorang pria kulit hitam bernama Baharat.

Review & Lesson Learned

Sekali lagi film ini menunjukkan bahwa ketika pilihannya adalah hidup atau mati, kita akan cenderung mengorbankan orang lain daripada diri sendiri. Trimagasi sebagai karakter yang mempresentasikan egoisme, tidak mempedulikan orang di lantai2 lain sementara Imoguiri karakter yang mempresentasikan altruisme, selalu mencoba untuk menjelaskan konsep ‘berbagi’, yang tentunya selalu gagal hingga Goreng mengancam akan mengotori makanannya. Lalu ketika Goreng satu sel dengan Baharat, dibayang2i oleh halusinasi Trimagasi dan Imougiri, Goreng mengajak Baharat untuk mencoba turun melalui platform dan meyakinkan penghuni sel di setiap lantai untuk rela berbagi makanan mereka. Hal ini tentunya sangat tidak mudah, beberapa kali mereka mendapat perlawanan hingga akhirnya mereka harus membunuh beberapa orang-orang yang tidak ingin bekerja sama. Goreng memang berhasil membawa panna cotta ke lantai paling bawah, tapi itu tidak mengubah pemikiran orang-orang untuk saling berbagi makanan. Panna cotta juga tidak menjadi pesan yang ingin Goreng sampaikan ke lantai atas, melainkan anak kecil yang ditemukan bersembunyi di lantai 333 yang dikirim ke lantai atas sebagai simbol pesan tersebut. Film ini mungkin tidak menggambarkan baik atau jahat tetapi ini tentang menanyakan apa yang akan kalian lakukan jika menemukan diri kalian di lantai 200 atau di lantai 48, sampai dimana batas solidaritas kita dan bagaimana mudahnya menjadi orang yang baik di lantai 10 dan sulit untuk melakukan hal yang sama ketika ada di lantai 182. Lubang tersebut mencerminkan turunnya nilai2 kemanusiaan di dunia saat ini. Sekali lagi, sifat manusia bisa menjadi lebih horror daripada hantu apapun.

‘There are three types of person: Those at the top, those at the bottom, and those who fall’

Yang mungkin masih menjadi pertanyaan saya adalah kalau ini dikatakan sebagai penjara, kenapa Goreng bisa masuk secara sukarela, dan untuk mendapatkan diploma. Kedua, bagaimana cara mereka memindahkan penghuni sel? Mengapa tidak ada yang berusaha untuk mengakali gas yang membuat mereka tertidur karena mereka dipindahkan pada saat itu? Ketiga adalah di lantai 333 mengapa ketika panna cotta diambil dan platform meninggalkan lantai tersebut, sel itu tidak mengalami perubahan suhu? Apa yang membuatnya berbeda?

Film ini bisa dibilang sangat sadis dan disturbing, tetapi ada pesan moral yang ingin disampaikan. Ending film ini pun bisa dimaklumi, kita diharapkan untuk bisa menginterpretasikan sendiri ending film ini, apa yang terjadi dengan Goreng, bagaimana nasib anak perempuan yang dikirim sebagai pesan itu, apakah akan tiba di lantai teratas dan apa yang akan terjadi setibanya di lantai tersebut? Silahkan menonton dan menginterpretasikan film ini menurut imajinasi Anda!

Sutradara : Galder Gaztelu-Urrutia Penulis Skenario : David Desola, Pedro Rivero Pemeran Utama : Ivan Massague, Zorion Eguileor, Antonia San Juan, Emilio Buale, Alexandra Masangkay

Rate : ★ ★ ★ ★ ☆

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial
%d bloggers like this:
Verified by MonsterInsights