Film psychological thriller dari Argentina yang diangkat dari sebuah novel berjudul The Book of Murder karya Guillermo Martinez ini hadir dengan plot yang cukup sederhana tetapi menggelitik.
Kloster, seorang pengarang buku yang terkenal, mempekerjakan Luciana sebagai asistennya. Kloster tergoda dengan Luciana hingga suatu hari ketika istri dan anaknya sedang pergi, ia berusaha mendekati Luciana. Luciana yang tidak menduga kejadian tersebut, langsung pergi dari rumah Kloster dan berhenti bekerja saat itu juga. Tidak lama kemudian, sebuah surat gugatan yang diajukan Luciana tiba di rumah Kloster dan diterima oleh istrinya. Setibanya Kloster di rumah, ia mendapati istri dan anak perempuannya sudah tak bernyawa.
Well, ceritanya cukup menarik tetapi plot ceritanya terlalu lurus tanpa twist dan endingnya pun jauh dari harapan saya. Tetapi film ini menarik bila dibahas lebih dalam. Siapa yang patut disalahkan? Apakah Luciana, yang diduga Kloster, menggoda dirinya dan menjadi penyebab kematian istri dan anaknya? Apakah Kloster, yang tergoda dengan Luciana, depresi atas kematian istri dan anaknya, menyalahkan Luciana dan membalas dendam?
Luciana kehilangan keluarganya satu persatu dengan cara yang aneh, tidak ada yang percaya dengan teori yang ia ungkapkan. Bahkan orang2 terdekatnya menduga ia terobsesi. Tidak ada yang mempercayai bahwa seorang penulis novel kriminal terkenal mengejar seluruh keluarganya. Satu-satunya orang yang mempercayai Luciana dan mulai menyelidiki tragedi demi tragedi yang dialami Luciana adalah seorang jurnalis bernama Esteban.
Karakter Kloster yang jarang tersenyum tetapi disisi lain ia sangat perhatian dengan putrinya. Setelah tragedi terjadi, ia menjadi sosok yang jauh lebih dingin. Diego Peretti melakukan pekerjaan yang sangat baik sebagai Kloster sehingga kita seakan bisa langsung menilai Kloster tanpa harus melihat apa yang ia lakukan.
Sementara Luciana diperankan oleh Macarena Achaga yang menurut saya menggambarkan Luciana dengan pas, innocent dan rapuh. Ia terlihat mudah hancur meskipun saya sedikit berharap ia melawan balik. Semua rangkaian cerita berputar antara stress, depresi, dan dendam.
The Wrath of God ini disutradarai oleh Sebastian Schindel yang juga menyutradarai film The Crimes that Bind di tahun 2020, yang juga tayang di Netflix. Kedua film ini memiliki vibe yang serupa dan cukup berhasil membuat saya terjerumus dalam emosi dan tanda tanya setelah menontonnya.
Film ini mungkin bukan film psychological thriller terbaik tetapi film ini jelas membuat emosi saya naik turun. Setelah menonton film ini hal pertama yang terlintas adalah pilihan judul filmnya The Wrath of God yang sepertinya lebih menggambarkan sudut pandang Kloster. Saya justru lebih suka judul asli bukunya The Book of Murder yang lebih merangkum keseluruhan cerita.
Anyway, film The Wrath of God bisa kalian tonton mulai 15 Juni di Netflix.
Sutradara : Sebastián Schindel Penulis Skenario : Pablo Del Teso, Sebastián Schindel, Guillermo Martínez (novel) Pemeran : Macarena Achaga, Juan Minujín, Diego Peretti