Salah satu hal yang menarik buat saya tentang film bergenre horror adalah bagaimana setiap hal yang dihadapi manusia dalam kehidupan dengan reaksi-reaksinya somehow cocok dilebur ke dalam nuansa horror. Inilah yang saya rasakan seusai menonton film Tiger Stripes.
Zaffan adalah seorang remaja perempuan berumur 12 tahun yang pintar tetapi memiliki jiwa pemberontak. Ia bersahabat dengan Farrah dan Mariam. Sejak awal meskipun bersahabat, beberapa kali Farrah terlihat kesal dengan apa yang dilakukan Zaffan bahkan dengan apa yang dipakai Zaffan. Setelah Zaffan menjadi yang pertama mengalami menstruasi di sekolahnya, kehidupan Zafan mulai bergejolak hebat.
Disaat Zaffan sedang mengalami perubahan dalam tubuhnya yang ia sendiri belum paham betul, sahabatnya Farrah yang ternyata diam-diam menyimpan rasa tidak suka pada Zaffan, mengambil kesempatan tersebut untuk mengajak beberapa teman lain dan membully Zaffan, di rumah pun ibunya kurang memiliki komunikasi yang baik dengan Zaffan dan tidak menjelaskan apa yang sedang dialami Zaffan. Responnya pertama kali ketika Zaffan datang bulan untuk pertama kalinya adalah bahwa sekarang ia kotor.
Semua hal ini membuat Zaffan semakin tertekan. Puncaknya adalah ketika Farrah dan teman-temannya membully Zaffan di toilet yang membuat Zaffan mengeluarkan sisi “monster”nya dan menyebarkan histeria diantara teman-teman dan para guru. Disinilah muncul Dr Rahim, yang yakin bahwa Zaffan kerasukan dan ia harus “dibersihkan”. Karakter ini merupakan karakter yang paling menggelitik apalagi di bagian akhir.
Zaffan menyimpan amarah yang begitu besar hingga ia digambarkan berubah menyerupai harimau dengan tangan dan kakinya yang membesar dan berkuku tajam, berjalan dengan kedua tangan dan kakinya, serta memanjat pohon.
Film Tiger Stripes mengambil latar belakang sekolah khusus perempuan di Malaysia. Dari segi visual effect memang cukup terlihat bahwa film ini low budget, dengan mata merah Zaffan dan ketika ia lompat ke atas pohon. Tetapi dari segi make-up menurut saya luka-luka di badan Zaffan cukup meyakinkan.
Walaupun bisa dibilang film Tiger Stripes yang dikategorikan dalam genre horror ini tidak seintens yang saya harapkan tetapi setiap hal yang digambarkan di film ini sangat mengena. Sebagai perempuan saya cukup relate dengan masalah yang dihadapi Zaffan. Ternyata problema yang dihadapi perempuan sudah terasa sejak pertama kali kita mendapat menstruasi dan masih terus berlanjut hingga dewasa.
Di lingkungan manapun Zaffan selalu dihakimi dengan segala apa yang dilakukannya bahkan ketika dia mengalami perubahan secara fisik, dimana hal tersebut tidak sepenuhnya berada dalam kendalinya dan itupun menjadi kesalahan Zaffan. Zaffan seakan diharuskan untuk selalu bisa mengendalikan dirinya apapun yang sedang terjadi.
Zaffan hanya bisa mengekspresikan dirinya dengan bebas dan menjadi dirinya sendiri ketika ia berada di hutan, sendirian.
Film ini mampu menangkap dan menceritakan segala hal-hal yang menjadi problema dan ketakutan remaja perempuan ketika memasuki masa akil balig. Sebuah kisah coming-of-age yang sangat menarik dengan para pemeran yang cukup natural dengan perannya masing-masing. Beberapa mitos pun relatif sama dengan yang biasa kita dengar di Indonesia.
Penggambaran coming-of-age ini memang bisa dibilang unik dan elemen horror sebenarnya bukan bermaksud untuk menakuti tetapi untuk menggambarkan gejolak amarah dan rasa frustasi Zaffan.
Film ini memang tidak akan masuk ke dalam semua kalangan penonton, bahkan untuk penonton horror seperti saya pun feelnya terasa berbeda, bukan jelek tetapi lebih memiliki keunikannya tersendiri tetapi maksudnya tetap tersampaikan.
Sutradara : Amanda Nell Eu Penulis : Amanda Nell Eu, Samm Haillay Pemeran : Zafreen Zairizal, Deena Ezral, Piqa, Shaheizy Sam, June Lojong, Khairunazwan Rodzy, Fatimah Abu Bakar