Film ini menggambarkan keinginan seorang remaja perempuan akan kebebasan untuk menentukan masa depannya.
Yuni adalah seorang siswi berusia 16 tahun yang pintar, meskipun ia belum tahu persis apa yang ingin ia lakukan ke depannya tetapi satu hal yang pasti, ia tidak ingin cepat2 menikah setelah lulus sekolah. Yuni tinggal bersama neneknya yang masih memegang tradisi dan mengatakan bahwa pernikahan adalah berkah yang tidak boleh ditolak. Dua pria melamar dan keduanya pun ditolak oleh Yuni, tetapi ketika lamaran ketiga datang, dengan mitos yang ada bahwa menolak kamaran ketiga kalinya bukan lah pertanda baik, Yuni mulai bimbang untuk menolak lagi, apalagi yang melamar adalah guru favoritnya yang menyimpan sebuah rahasia dan tidak sengaja ia ketahui.
Yuni adalah gambaran seorang remaja yang masih mencari jati diri, berusaha menentukan kemana kakinya ingin melangkah, berharap menghirup kebebasan di masa muda, tetapi terperangkap dalam “jeruji” pernikahan. Banyak momen yang membuat miris terutama ketika melihat lamaran2 yang datang dari seorang pemuda konstruksi yang angkuh, seorang pria yang jauh lebih tua dengan syarat mahar, dan seorang guru yang melamar hanya untuk menyembunyikan rahasianya.
Ketika salah satu sahabat Yuni yaitu Sarah, mendapat kabar bahwa ia sudah dijodohkan dan akan segera menikah, adegan dimana semua sahabat2 itu berkumpul dan memberi support lalu di hari pernikahannya, Sarah menangis, adegan2 ini terasa nyata dan sangat dekat seakan membawa saya berada di ruangan dan tempat yang sama, speechless. Lalu semuanya ditutup dengan sangat menyentuh ketika Yuni dengan kebaya ungunya diringi lantunan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono.
Satu hal yang selalu dilewatkan bahwa generasi masa depan lahir dari perempuan dan diharapkan mendapatkan pendidikan dasar dan utamanya dari Ibu, lalu mengapa perempuan dibatasi pendidikannya?
Yuni diperankan dengan sangat apik oleh Arawinda Kirana, ia mampu membawakan kepolosan, kesedihan, kebingungan, kegelisahan, amarah, dan segala emosi yang dirasakan Yuni. Dan sejak melihat Asmara Abigail di film Pengabdi Setan, lalu di Perempuan Tanah Jahanam, saya langsung menyukai dan merasa ia memiliki potensi lebih dan mampu untuk fit in dalam genre film apapun, termasuk disini sebagai Suci, seorang wanita dengan usaha salon. Suci memiliki masa lalu yang pahit tetapi ia tidak menyerah dengan keadaan dan meskipun ia masih harus berjuang keras menghidupi dirinya, ia tetap terlihat bahagia.
Karakter2 lain dalam film inipun memiliki proporsi yang pas dan memerankan karakternya dengan luar biasa hingga film ini secara keseluruhan terasa sangat nyata. Saya salut dengan keberhasilan Kamila Andini baik dalam konsep cerita maupun dengan pemilihan pemeran, dan siap menanti karya2 berikutnya.
Film Yuni akan tayang di bioskop mulai 9 Desember 2021.
Sutradara : Kamila Andini Penulis Skenario : Kamila Andini, Prima Rusdi Pemeran : Arawinda Kirana, Asmara Abigail, Sekar Sari, Marissa Anita, Dimas Aditya, Kevin Ardillova, Neneng Wulandari, Nazla Thoyib, Nova Eliza
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
– Sapardi Djoko Damono