Film Handling The Undead ini merupakan film zombie yang lebih banyak mengusung unsur drama. Film ini hampir serupa dengan film Maggie maupun Cargo, tetapi menurut saya film Cargo jauh lebih berhasil mengangkat emosi penonton dibandingkan dengan film ini.
Sinopsis. Film ini dimulai ketika terjadi hal-hal aneh di kota Oslo. Listrik yang tiba-tiba mati, suara aneh yang memekakkan telinga, yang berujung pada tiga orang meninggal yang secara misterius hidup kembali, baik dari dalam kubur, dari rumah duka, bahkan dari rumah sakit.
Tiga keluarga terbelit dalam kekacauan dan kebingungan ketika orang yang dicintai hidup kembali. Satu keluarga melihat ibunya kembali hidup setelah meninggal dalam kecelakaan mobil. Jenazahnya masih berada di rumah sakit, bahkan suaminya belum sempat memberitahukan kematian istrinya pada anak-anaknya.
Keluarga lain adalah dua wanita lanjut usia dimana salah satunya baru saja melepas kepergian yang lain disebuah pemakaman. Dan secara tiba-tiba wanita lanjut usia yang sudah dimakamkan itu muncul di rumahnya kembali.
Keluarga terakhir adalah seorang kakek yang sedang berada disamping kuburan cucunya saat tiba-tiba ia mendengar ada suara-suara dari dalam kuburan tersebut, dan ia pun membongkar kuburan dan membawa pulang jasad cucunya. Putrinya yang adalah ibu dari anak laki-laki tersebut jatuh dalam depresi berat hingga si kakek merasa ini merupakan kesempatan untuk mengembalikan putrinya.
Review. Film ini memang mengambil cara yang unik untuk menceritakan tentang bagaimana sebuah keluarga mengatasi rasa duka yang mereka rasakan dan apa yang mereka lakukan ketika merasa mendapat kesempatan kedua.
Mengambil tema zombie memang sepertinya cocok tetapi buat saya rasanya masih kurang berhasil.
Memang menarik bagaimana ketika orang yang kita cintai hidup kembali tetapi secara perlahan keluarga yang ditinggalkan menyadari bahwa siapapun yang hidup kembali itu sebenarnya bukanlah orang yang sama. Tetapi apa yang mereka lakukan berikutnya, inilah yang menurut saya menjadi inti dari film Handling the Undead.
Ritme film ini memang sangat lambat dan tidak akan cocok untuk sebagian penonton, salah satunya saya. Saya memahami apa yang ingin digambarkan dalam film ini tetapi emosinya masih terasa kurang menonjol. Seharusnya saya bisa merasakan empati terhadap apa yang dilalui tiga keluarga tersebut, tetapi mungkin karena ritme yang lambat membuat emosi yang dirasakan menghilang cepat.
Satu hal yang membuat saya geregetan justru ketika adegan dimana si ayah membawa anak-anaknya ke rumah sakit dan memberikan hadiah anaknya untuk dipegang oleh si ibu.
Walaupun dari segi horror buat saya masih kurang berhasil tetapi film ini berhasil membawakan rasa duka, kehilangan, dan harapan, tanpa ada kesempatan untuk mengendalikan apapun. Menggabungkan antara emosi-emosi tersebut dengan genre zombie pun sebenarnya merupakan ide yang menarik dan unik.
Sutradara : Thea Hvistendahl Penulis : John Ajvide Lindqvist, Thea Hvistendahl Pemeran : Renate Reinsve, Anders Danielsen Lie, Bjørn Sundquist, Bente Børsum, Bahar Pars, Inesa Dauksta