I Saw the TV Glow adalah sebuah film yang sulit dikategorikan. Ini adalah eksplorasi yang menghantui tentang nostalgia, identitas, dan garis kabur antara realitas dan fantasi. Sutradara Jane Schoenbrun menciptakan narasi yang menggali kedalaman kerinduan remaja dan kekuatan televisi untuk membentuk persepsi kita tentang dunia.
Sinopsis. Film ini mengikuti Owen, seorang pemuda yang bergumul dengan seksualitasnya dan posisinya di dunia. Ketika dia menjadi semakin terobsesi dengan acara televisi tertentu, garis antara fiksi dan kenyataan mulai kabur. Pendekatan lambat film ini, ditambah dengan atmosfernya yang seperti mimpi, menciptakan perasaan gelisah dan antisipasi.
Review. Visual yang evocative dan soundtrack yang menghantui dari film ini membawa penonton kembali ke waktu dan tempat tertentu, mengetuk ingatan kolektif tentang televisi di masa kecil. Namun, ini bukan sekadar perjalanan nostalgia ke masa lalu. Sebaliknya, ia menggunakan nostalgia sebagai alat untuk mengeksplorasi tema-tema yang lebih dalam tentang identitas, kerinduan, dan pencarian akan kecocokan.
Meskipun film ini mungkin tidak cocok untuk semua orang, mereka yang menghargai gaya uniknya dan penyutradaraannya yang tidak konvensional akan menganggapnya sebagai pengalaman yang menyenangkan.
I Saw the TV Glow adalah film yang berani dan ambisius yang menantang gagasan tradisional tentang narasi dan genre. Ini adalah tontonan wajib bagi penggemar sinema arthouse dan mereka yang mencari pengalaman sinematik yang memprovokasi pemikiran.
Sinematografer Eric Yue berhasil menciptakan visual yang unik dan memikat, mendukung atmosfer surealis dan misterius yang mendominasi film. Cahaya televisi yang menyilaukan menjadi simbol kuat dari dunia fantasi yang menarik Owen, sementara bayangan gelap merepresentasikan kegelisahan dan keraguannya.
Justice Smith sebagai Owen memberikan penampilan yang meyakinkan. Ia berhasil menggambarkan pergolakan batin seorang remaja yang sedang mencari jati diri. Ekspresinya yang penuh emosi dan gesturnya yang halus membuat penonton dapat merasakan kesepian dan kerinduan yang dirasakan oleh Owen. Brigette Lundy-Paine juga memberikan penampilan yang solid. Ia berhasil menciptakan karakter Maddy yang unik, misterius dan menarik. Keduanya berhasil membawa penonton masuk ke dalam dunia yang mereka ciptakan.
Film ini bisa ditafsirkan dalam beberapa cara, antara lain: pengaruh media terhadap identitas, film ini secara jelas menunjukkan bagaimana televisi dan media massa lainnya dapat membentuk identitas dan persepsi kita tentang dunia. Acara televisi “The Pink Opaque” menjadi semacam cermin bagi Owen, di mana ia melihat refleksi dari kegelisahan dan keinginan terpendamnya.
Yang kedua adalah nostalgia dan realitas, nostalgia seringkali dipandang sebagai sesuatu yang indah dan penuh kenangan manis. Namun, dalam film ini, nostalgia juga digambarkan sebagai sesuatu yang berbahaya. Obsesi Owen terhadap masa lalu dan acara televisi favoritnya mengaburkan batas antara kenyataan dan fantasi.
Yang ketiga adalah coming-of-age dan pencarian jati diri, I Saw the TV Glow juga bisa dibaca sebagai sebuah film coming-of-age yang menceritakan tentang seorang remaja yang sedang mencari jati dirinya. Owen harus berjuang untuk menemukan siapa dirinya sebenarnya di tengah tekanan sosial dan ekspektasi orang lain.
Yang keempat adalah ketakutan dan kegelisahan generasi muda, film ini juga menyuarakan ketakutan dan kegelisahan yang dirasakan oleh banyak remaja saat ini. Perasaan tidak cocok, terisolasi, dan tidak diterima oleh lingkungan sekitar adalah tema universal yang seringkali muncul dalam film-film remaja.
Secara keseluruhan, I Saw the TV Glow adalah sebuah film yang mengajak penonton untuk merenungkan tentang hubungan kita dengan media, masa lalu, dan diri kita sendiri. Film ini menyajikan sebuah kritik terhadap budaya populer dan pengaruhnya terhadap generasi muda, sekaligus menawarkan sebuah pandangan yang lebih dalam tentang pengalaman menjadi seorang remaja di era modern.
Walaupun dari segi horror rasanya kurang tervisualisasikan dan jauh dari ekspektasi saya sehingga pengalaman diatas terasa kurang lengkap.
Sutradara : Jane Schoenbrun Penulis : Jane Schoenbrun Pemeran : Justice Smith, Brigette Lundy-Paine, Ian Foreman, and Helena Howard, Fred Durst, Danielle Deadwyler