Sissy merupakan film horror comedy terbaru dari Australia yang penuh dengan tragedi, dark humor, dan slasher. I never really like slasher movie tapi film ini dikemas dengan suasana yang ceria, bahkan musiknya pun tidak bernuansa horror sedikitpun. Konsepnya mungkin tidak berbeda tetapi saya suka dengan suasana yang dibangun dan pesan moral yang didapat yang cukup relate dengan kondisi saat ini.
Sinopsis. Secara tidak sengaja Cecilia bertemu kembali dengan sahabatnya semasa kecil, Emma. Emma yang senang bisa bertemu kembali dengan Cecilia, yang semasa kecil biasa dipanggil Sissy, mengajaknya untuk datang ke acara karaoke yang merupakan pesta pertunangannya dengan Fran. Cecilia yang teringat masa-masa indah persahabatannya dengan Emma akhirnya muncul di pesta tersebut. Di pesta tersebut mereka benar-benar menikmati quality time bersama hingga Emma memutuskan untuk mengajak Cecilia ke markasnya dan sahabat-sahabatnya Tracey, Jamie dan Alex. Rumah milik Alex yang berada di tengah hutan dan ternyata merupakan orang yang sering mem-bully Cecilia di masa kecil, membuat Cecilia merasa gugup dan memicu hal-hal lain yang selama ini terpendam.
Oke ini film slasher yang sadis dengan detail yang mengerikan dan sangat membuat tidak nyaman tetapi diluar itu saya sangat suka dengan konsepnya yang terasa ceria bahkan sesekali justru terselip adegan yang menenangkan dan musiknya pun cenderung lebih dominan musik yang happy. Ada jumpscare tetapi pada porsi yang pas sehingga tidak membosankan ataupun mudah diprediksi.
Saya juga harus memberi applause pada para pemerannya khususnya Aisha Dee, yang sangat luar biasa. Karakternya inilah yang memberi nuansa berbeda pada film slasher ini. Ekspresinya mungkin tidak berbeda 180 derajat dan tidak membuat kita merasa creepy tetapi justru ini membuat saya sebagai penonton tidak menduga bahwa ia akan melakukan hal yang lebih dari bayangan saya. Di awal ia terlihat innocent dan membuat simpati tetapi ketika titik pemicunya sudah keluar, ia tidak bisa dihentikan. I think this is the real psycho, you just did not see it coming. Bahkan transisinya dari karakter satu ke yang lainnya sangat halus sehingga tidak bisa dibedakan dalam kondisi apa ia saat ini.
Hannah Barlow pun sebagai Emma justru sempat membuat sedikit tidak nyaman di awal ketika ia terlihat sangat excited ketika bertemu Cecilia. Dan posisinya terlihat abu-abu dari awal, ia berusaha membela Cecilia tetapi di sisi lain ia tetap terasa berusaha mempertahankan posisinya diantara teman-temannya.
Pesan moral maupun sosial yang ada dalam film ini pun cukup penting dan terasa relate dengan saat ini. Selain tentang bullying tetapi juga bagaimana karakternya yang banyak diidolakan di sosial media ternyata memiliki sisi lain yang tersembunyi dan bertolak belakang. Dan ia menyembunyikannya dengan sangat baik. Kalian mungkin akan menyukainya juga bila melihat kontennya dan bagaimana ia berbicara dengan lembut dan menenangkan. Ini justru yang membuat ia jauh lebih menyeramkan. Terkadang mereka bersembunyi dalam penampilan yang sangat baik. Di sisi lain karakter-karakter lain dalam film ini pun tidak bisa dibilang menyenangkan. Sebagian besar dari mereka lebih memihak si pelaku bully, mungkin juga demi untuk mempertahankan persahabatannya.
Tema ini mungkin memang sering kita lihat dalam film, mereka yang menjadi korban bullying kemudian menjadi lebih kejam dari si pelaku bully tersebut. Cecilia sudah melalui masa kecil yang tragis, tidak hanya menjadi korban bullying tetapi setelah ia “membalas” justru harus menjauh dari lingkungan tersebut. Dan yah pelaku bully tidak pernah merasa bersalah, i hate it, tetapi begitulah nyatanya. Cecilia pun kembali diperlakukan sama ketika ia sudah dewasa dan diidolakan banyak orang.
Sutradara : Hannah Barlow, Kane Senes Penulis Skenario : Hannah Barlow, Kane Senes Pemeran : Aisha Dee, Hannah Barlow, Emily De Margheriti, Daniel Monks, Yerin Ha, Lucy Barrett
