“saat masalahku membuatku lelah dengan kehidupan ini, aku terpikir untuk melakukan pembunuhan.”
Yah kalimat ini merupakan pembuka dari film yang diangkat dari kisah nyata ini, bukan satu, tetapi 400 kisah nyata yang terjadi di Jerman di abad 18 dan 19. Fakta ini mungkin yang membuat ceritanya menjadi lebih mencekam.
Sinopsis. Film ini berlatar belakang di Austria tahun 1750 dimana seorang wanita religius bernama Agnes, melangsungkan pernikahan, dan percaya bahwa kehidupannya baru dimulai, bahwa ia akan memiliki anak dan hari-harinya akan dipenuhi kebahagiaan.
Yang terjadi justru sebaliknya, hari-harinya dibayangi kegelapan dengan semua harapan-harapan yang dilemparkan kepadanya. Suaminya terlalu lelah dengan semua pekerjaan yang ia lakukan sehingga bayangan bahwa Agnes akan segera hamil pun memudar.
Tuntutan-tuntutan dan apa yang dipikirkan mertuanya tentang dirinya, membuat Agnes semakin tenggelam jauh dalam pikiran-pikiran buruk.
Review. Film ini berhasil menciptakan suasana yang mencekam. Dengan latar belakang hutan Austria yang dingin dan terpencil, film ini menyajikan visual yang indah sekaligus mencekam. Sinematografinya mampu mendukung menggambarkan nuansa kegelapan, kesunyian dan terisolasi yang dirasakan Agnes.
Karakter Agnes digambarkan dengan kompleksitas yang menarik. Sikapnya yang aneh membuat saya bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi kepadanya.
Selain eksplorasi psikologis, The Devil’s Bath juga menyelipkan kritik sosial yang halus. Film ini menyoroti tekanan sosial yang dihadapi perempuan di masa lalu, terutama dalam konteks keluarga dan masyarakat patriarki. Agnes menjadi korban dari ekspektasi yang tidak realistis dan lingkungan yang menekan.
Apa yang dilakukan Agnes untuk membebaskan dirinya mungkin merupakan hal yang kurang masuk akal tetapi untuk mereka dan juga ratusan wanita lainnya ini mungkin merupakan bentuk pembebasan dari penderitaan.
Tetapi selain itu yang lebih mengagetkan untuk saya adalah apa yang dilakukan si suami dengan sikap Agnes dan bagaimana sikap penduduk setempat setelahnya, yang kemudian membuat saya sedikit terhenyak dan merasa memahami kekacauan pikiran yang dirasakan Agnes.
Film ini memang memberikan pengalaman menonton yang berbeda, tetapi sayangnya pacing film ini terlalu lambat dan beberapa adegan terasa membingungkan dan sulit untuk diinterpretasikan.
Sebenarnya premis ceritanya menarik dan kritik sosial yang diangkat tentang posisi perempuan di masa itu pun menurut saya sangat bagus, tetapi memang pengembangan ceritanya tidaklah mudah dipahami semua penonton.
Sutradara : Veronika Franz & Severin Fiala Penulis : Veronika Franz & Severin Fiala Pemeran : Anja Plaschg, David Scheid, Maria Hofstätter