Disutradarai Pierre Tsigaridis, film ini membawa penonton masuk ke kisah kelam penuh teka-teki yang melibatkan kerasukan, artefak misterius, dan iblis yang punya tujuan lebih besar dari sekadar menebar teror.
Cerita dimulai ketika Sheriff Miller (AJ Bowen) menerima panggilan darurat dari seorang anak bernama Mikey (Ranen Navat). Situasinya terdengar biasa—sampai sang sheriff tiba di lokasi. Apa yang ia temukan bukan lagi ranah manusia. Ada ketakutan mentah, kekacauan brutal, dan kehadiran gelap yang langsung membuat kita waspada.
Di saat yang bersamaan, John Reed (Sean O’Bryan) menemukan sebuah benda yang seharusnya tidak ia sentuh. Penemuan itu membuka pintu yang selama ini tertutup rapat, melepaskan iblis yang kemudian menculik putrinya, Abigail (Rebekah Kennedy).
Dan di titik ini, Traumatika mulai menunjukkan bahwa ia bukan sekadar film kerasukan biasa.
Nilai lebih dari film ini menurut saya adalah konsepnya:
Iblis dalam Traumatika tidak hanya mengambil alih tubuh manusia. Ia mencari penerus. Ia memilih “anak” baru.

Begitu target terbaru ditentukan, kita diperlihatkan bagaimana iblis itu menguasai “wadah”-nya—menggerakkan tubuh mereka, menyelip masuk ke ingatan, dan pada akhirnya mengkonsumsi korban dengan cara yang menakutkan tapi penuh kendali.
Alurnya tidak lurus. Kita melompat melalui waktu, mengikuti jejak kehancuran yang sudah berlangsung beberapa lama. Ada artefak yang mengikat semuanya, simbol gelap yang menjadi kunci kekuatan si iblis. Pendekatan ini membuat film terasa seperti puzzle antar generasi yang perlahan tersusun.
Salah satu sisi menarik Traumatika adalah energinya. Film ini cepat, kacau, dan jarang memberi napas. Adegan pembuka saja terasa seperti masuk ke level “nightmare mode” dalam video game: semuanya terjadi sekaligus, penuh darah, penuh teriakan, dan penuh tanda tanya.
Ada titik di mana film terasa terlalu sibuk. Kadang penonton butuh satu detik ketenangan untuk memproses apa yang baru saja terjadi—tapi Traumatika jarang memberi momen itu. Namun justru dari “kepadatan” inilah penonton mendapatkan vibe yang berbeda: kacau, tapi terkontrol; brutal, tapi tetap sinematis.
Bagian iblisnya sendiri menampilkan banyak adegan berdarah dan sadis. Tidak sekadar untuk shock value, tapi benar-benar menunjukkan bagaimana entitas ini bekerja: tanpa belas kasihan, tanpa jeda.
Meski berbungkus horor supernatural, film ini membawa tema yang lebih personal: bahwa luka—baik dari masa lalu maupun dari generasi sebelumnya—selalu mencari tempat baru untuk menetap.
Ada rasa bersalah yang diwariskan. Ada ketakutan yang tidak pernah selesai. Dan ada keputusan yang terus berdampak panjang, bahkan setelah pelakunya tiada.
Traumatika tidak menggurui. Ia hanya menunjukkan bahwa kegelapan punya cara untuk bertahan hidup melalui manusia.
Sutradara : Pierre Tsigaridis Penulis : Pierre Tsigaridis, Maxime Rançon Pemeran : Rebekah Kennedy, Emily Goss, Ranen Navat, AJ Bowen, Sean O’Bryan, Susan Gayle Watts, Sean Whalen
